Senin, 07 September 2015

Kenyataannya, aku kalah.

Ada perasaan yang tulus menyayangi. Ada hati yang berlapang dada membiarkan rasa sabar menang dan mengalahkan kesedihannya. Ya, dari kedua pria itu. 

Saat itu, wanita ini hadir memberikan rasa nyaman dikeadaan terburukku. Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata aku bukan satu-satunya pria yang ada dihatinya. Akupun tidak mau terjebak dikeadaan yang menaruh rasa sakit lebih dari sebelumnya. Tapi siapa yang bisa memilih untuk menaruh perasaan lebih ke orang yang tepat. Bukan aku yang memilih tapi alur cerita yang membawaku berada disini.

Aku mulai membiasakan diri menahan untuk tidak menghubungi. Aku tidak ingin membiarkan perasaan ini semakin. Melukai hati pria yang lebih dulu hadir didekapanmu. Aku mulai membiasakan diri menahan rindu. Aku tidak ingin membiarkan perasaan ini larut. Melukai hati pria yang selalu ada didekatmu. Tidak mudah menahannya. Asal kamu tahu, semuanya seperti ingin meledak.

Kurasa aku mempercayai perkataan kamu yang mengingatkan momen singkat kita, mempercayai bahwa perasaanmu tidak lelucon dibalik tawaku yang kamu kira tak menganggapmu serius. Sudahlah, aku tidak ingin mengakui kalau aku berpura-pura biasa saja, bersikap seakan-akan tidak peduli. 

Kenyataannya, aku kalah. Bukan dari segi sikap saja, bahkan dari segi jarak dan waktu.

Hai, apa kabar?
dari aku,


 priamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar